PSIKOLOGI KOGNITIF
Disusun oleh:
Nama : Maulina Nurhikmah
NIM : 1113016300004
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Pendidikan Fisika
NIM : 1113016300004
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1. LATAR
BELAKANG
Belajar merupakan proses menciptakan nilai
tambah kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa. Nilai tambah itu tercermin
dari perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan. Masing-masing
substansi pelajaran menghasilkan perilaku yang berbeda, baik yang nyata maupun
yang tersembunyi. (Sudarwan, 2010)
Proses belajar dapat diterjadi dalam kehidupan
sehari-hari, baik disengaja ataupun tidak. Karena belajar dapat didapat dari
segala aspek kehidupan. Psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemprosesan
informasi. (Robert, 2007).
Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus
informasi yang ditangkap oleh indra dan diproses dalam jiwa seseorang sebelum
diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Psikologi
kognitif memiliki sejarah terpanjang dari seluruh lingkup bidang studi
psikologi, diawali dari para filsuf yang menanyakan asal muasal pengetahuan dan
bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran.
2. TUJUAN
PENULISAN
1. Dapat menjelaskan pengertian
psikologi kognitif. (C2)
2. Dapat menemukan teori
belajar yang ada pada psikologi kognitif. (C3)
3. Dapat menyebutkan
tokoh-tokoh psikologi kognitif. (C1)
4. Dapat menghubungkan
pembelajaran psikologi kognitif dengan pembelajaran lainnya. (C4)
5. Dapat menyusun Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebagai pengaplikasian pada materi. (P7)
3. TEORI
PSIKOLOGI KOGNITIF
·
Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang
mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan,
mengingat dan belajar. Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih besar,
cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk ilmu
syaraf, filsafat, dan linguistik. Salah satu teori yang paling berpengaruh dari
aliran pemikiran ini adalah tahap-tahap perkembangan kognitif, teori yang
diusulkan oleh Jean Peaget. (Sudarwan, 2010)
![]() |
Psikologi kognitif sumber: http://suratanmakna.blogspot.com |
·
Tokoh dan Pokok Teori Belajar Psikologi Kognitif
Adapun tokoh dan pokok
teori yang berperan dalam psikologi kognitif yaitu:
1. Jean Piaget (1896-1980) , menurut
Piaget, belajar mendasari pada pengamatan yang melibatkan seluruh indra,
menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa .
Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi,
dan equilibrasi (penyeimbangan) . Guru memfasilitasi proses
terjadinya ketidakseimbangan (disequilibrium).
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget:
1. Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)
![]() |
Perkembangan kognitif anak berdasarkan usia sumber: http://informasiserbaanak.blogspot.com |
1. Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)
![]() |
sumber: http://nndb.com |
2. Tahap Praoperasional (2 hingga 6 atau 7 tahun)
Keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan kosakata meningkat. Pikirannya bersifat egosentris, pemikirannya didominasi oleh persepsi, intuisinya lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya. Belum memiliki kemampuan konservasi.
3. Tahap Operasional Konkret (6/7 tahun hingga
11/12 tahun)
Proses-proses berpikir menjadi lebih logis dari sebelumnya. Mulai memperlihatkan konservasi.
Pikiran bersifat umum dan menyeluruh, berpikir proporsional, muncul kemampuan membuat
hipotesis, dan perkembangan idealisme yang kuat.
Proses-proses berpikir menjadi lebih logis dari sebelumnya. Mulai memperlihatkan konservasi.
Pikiran bersifat umum dan menyeluruh, berpikir proporsional, muncul kemampuan membuat
hipotesis, dan perkembangan idealisme yang kuat.
4. Tahap Operasional Formal (11 hingga 12/usia
dewasa)
Memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan
dengan realitas konkret, mulai mengenali kesimpulan yang logis sekalipun
berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari.
2. Jerome Brunner (1915- ), dalam teorinya, “free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap, yaitu :
![]() |
Jerome Brunner sumber: http://ilmu-pendidikanislam.blogspot.com |
2. Tahap
ikonik : Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar atau visualisasi verbal.
3. Tahap
simbolik :
seseorang memahami dunia melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan
lain lain.
3. Wolfgang Kohler (1887-1959) , Insight :pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan antar bagian di dlm suatu situasi permasalahan., insight ini sering dihubungkan dgn pernyataan aha.
4. Teori
belajar bermakna Ausubel, Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada
konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Langkah-langkah dalam
menerapkan belajar bermakna .
Penyampaian
awal tentang kerangka isi materi yang akan dipelajari siswa, contoh : hand out
pelajaran
2. Progressive
differensial
Materi
pelajaran disampaikan bertahap, di awali konsep umum kemudian dilanjutkan ke
hal yang khusus.
3. Integrative
reconciliation
Penjelasan
tentang kesamaan dan perbedaan antara kosep-kosep yang telah dimiliki dengan
konsep yang baru dipelajari.
4. Consolidation
Pemantapan materi dengan
menghadirkan banyak contoh
·
Implikasi Teori Kognitif pada Pendidikan
Piaget menjabarkan
implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
1. Memusatkan
perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2. Mengutamakan
peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready
made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Memaklumi
akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu
guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri
dari individu –individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa dari pada
aktivitas dalam bentuk klasikal.
4. Mengutamakan peran
siswauntuk saling berinteraksi.4. ANALISIS TEORI
Berdasarkan teori yang penulis telah uraikan,
penulis memiliki pendapat positif terhadap teori belajar berdasarkan aliran
kognitif, karena psikologi kognitif memiliki kaitan dengan pengembangan
psikologi yang lain. Aspek utama dari kognitif adalah akal (kecerdasan), dari
kecerdasan inilah yang akan memicu anak didik untuk memberikan tindakannya
dalam pemecahan masalah, penalaran, pembuatan keputusan, hal ini ada kaitannya
dengan perkembangan psikomotorik, perkembangan psikomotorik sendiri memiliki
keseimbangan dengan tahapan perkembangan kognitif seseorang. Dengan mengetahui perkembangan kognitif, teori belajar
menurut Piaget, memudahkan pendidik untuk merumuskan pembelajaran yang akan
diberikan kepada anak didik sesuai dengan usia perkembangannya. Ilmu kognisi
merupakan kajian mengenai inteligensi manusia,dengan inteligensi, manusia
sendiri memiliki inteligensi yang beragam, hal ini disebut dengan multiple
intelligence, sebagai contoh, dalam pembuatan makalah, unuk
menuangkan idenya dalam sebuah makalah diperlukan kecerdasan dalam berbahasa.
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan
kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang
berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
![]() |
Multiple intelligence sumber: http://rowntreemontessori.com |
5. AYAT
YANG BERKENAAN DENGAN TEORI KOGNITIF
Berikut ini merupakan salah
satu ayat yang berhubungan dengan teori kognitif:
Q.S. (29) Al ‘Ankabuut ayat 49
بَلْ
هُوَ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَايَجْحَدُ
بِئَايَاتِنَآ إِلاَّ الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam
dada orang-rang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”.
Ahli-ahli psikologi
kognitif dalam banyak penelitiannya, mempercayai bahwa kejiwaan dan tingkahlaku
manusia banyak dipengaruhi oleh faktor kognitif yang merupakan pusat berfikir
(akal), selanjutnya menjadi motor penggerak jiwa dan tingkahlaku manusia.
Permasalahan hidup dikendalikan oleh otak manusia, maka kemudian muncullah
berbagai teori tentang kognitif.
Di dalam al-Qur’an
sendiri perkataan Aql tidak pernah disebut dalam
kata benda, selalunya al-Qur’an menyebutnya dengan kata kerja. Seperti ‘afala ta’kiluun’, afala tatafakarunn’, afala tatadabbaruun’. Ini
menunjukkan bahwa berfikir itu merupakan sebuah proses kerja dan pusatnya
adalah di hati dan hati itu adanya di dalam dada. Sebagaimana dalam al-Qur’an
surat al-Hajj ayat 46:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا
فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ
يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ
الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Maka pengertian yang bisa dipahami dari surat al-Ankabut ayat 49
dan surat al-Hajj ayat 46 adalah bahwa:
· Pusat berfikir yang
luarbisa letaknya ada di hati, maka untuk memahami al-Qur’an tidak bisa hanya
menggunakan kognitif atau akal saja. Ia harus dipahami dan dihayati kemudian
diamalkan.
· Al-Quran hanya
bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu yang didalam dadanya dipenuhi oleh
keimanan kepada Allah, sementara orang yang mempelajari al-Quran tanpa keimanan
dalam dada, maka ia hanya menjadi sebatas pengetahuan.
· Makna dada pada
kedua ayat tersubut sekaligus mempunyai dua pengertian, yaitu makna secara
biologis atau fisik yaitu dada yang di dalamnya terdapat jantung dan juga
pengertian psikologis yang merupakan alam tempat bersemayamnya ruh dan hati
nurani.
· Makna
hati juga mempunyai dua pengertian, secara biologis atau fisik adalah jantung,
sedangkan secara psikologis adalah hati nurani yang dalam bahasa arab sering
disebut dengan Qolb, atau Fu’ad.
Latihan Membuat Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
1. IDENTITAS MATA PELAJARAN
a. Mata
Pelajaran :
Fisika
b. Kelas : VIII (Delapan)
c. Semester : II(genap)
d. Alokasi
Waktu : 2 x 1 JP
2. KOMPETENSI
INTI
KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3
: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4
: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
3. KOMPETENSI
DASAR
1.1 Menghubungkan konsep getaran dalam
pembelajaran.
4.
INDIKATOR
· Mengidentifikasi
getaran pada kehidupan sehari-hari.
· Menganalisis
jenis-jenis gelombang berdasarkan ada tidaknya medium/zat perantara dan arah
gerakan..
· Membuat
percobaan sederhana untuk mengetahui simpangan dan amplitude pada gerakan
sebuah bandul.
· Menghubungkan
periode dan frekuensi dalam suatu getaran.
5. TUJUAN
PEMBELAJARAN.
I. Kognitif
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi getaran
pada kehidupan sehari-hari. (C1)
Alasan: karena menurut
teori pieget di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional
formal, peserta sudah dapat membayangkan dan mengidentifikasikan konsep getaran
pada kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran ini berkaitan dengan aspek.
Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perkembangan kognitif, peserta didik
menggunakan kemampuan akalnya untuk memahami dan perkembangan
kreativitas dalam kreatif berpikir untuk memberikan contoh getaran pada
kehidupan sehari-hari.
2. Peserta
didik mampu menyebutkan jenis-jenis gelombang berdasarkan ada tidaknya
medium/zat perantara dan arah gerakan. (C2)
Alasan: karena menurut
teori pieget di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional
formal, perserta didik dapat memikirkan dan memisahkan variable. Tujuan
pembelajaran ini berhubungan dengan perkembangan kognitif, peserta didik mampu
menyelesaikan masalah menggunakan pemahamannya.
II. Afektif
1. Peserta
didik ikut serta secara aktif dalam kelompok saat melakukan melakukan percobaan
pada sebuah bandul. (A2)
Alasan: Peserta didik
sedang berada pada masa anak sekolah. Secara aktif di sini berupa membuat
pertanyaan, dan kerja sama yang baik dalam kelompok. Karena dalam fase ini anak
dapat membuat kalimat majemuk, dapat menyusun, dan mengajukan pertanyaan. Dari
sisi perkembangan sosial, anak telah memiliki kesanggupan menyesuaikan diri
kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan
kepentingan orang lain). Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan cara mengatasi lupa dan jenuh
dan pemberian motivasi, karena dengan melakukan pembelajaran
menggunakan strategi praktikum akan membuat peserta didik berada dalam kondisi
belajar yang berbeda, tidak merasa jenuh seperti proses belajar seperti biasa
yang hanya terpaku dengan ruang terbatas dalam kelas dan membuat peserta didik
lebih mengingat materi yang disampaikan melalui pembelajaran secara eksperimen
ini. Untuk membuat peserta didik terpacu untuk semangat (motivasi), sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai, pendidik memberi contoh melakukan percobaan agar
peserta didik tertarik dalam melakukan percobaan. Karena motivasi sangat erat
hubungannya dengan unsur minat. Proses belajar akan berjalan lancar jika
disertai dengan minat.
2. Peserta didik melaksakan pembelajaran secara
tertib, taat, dan aktif. (A3)
Alasan: Peserta didik
sedang berada dalam fase anak sekolah, anak mengikuti setiap aturan yang ada
dalam kelompok. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri
terhadap norma-norma kelompok. Tujuan ini
berhubungan dengan perkembangan konsep diri dan emosi dan
juga perkembangan nilai, sikap dan moral serta karakter karena
peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah
dibuat, menanamkan rasa bertanggung jawab, berkepribadian yang baik, tidak
melanggar aturan.
III. Psikomotorik
1. Peserta didik mampu membuat percobaan sederhana
untuk mengetahui simpangan dan amplitude pada gerakan sebuah bandul. (P3)
Alasan: Peserta didik
berada dalam tahap masa remaja, dimana anak-anak berimajinasi, berpikir
mengkoordinasi pemikiran dan idenya, dari perkembangan psikomotorik ini
dilakukan percobaan agar imajinasi peserta didik dalam membayangkan simpangan
gerak bandul dengan keadaan sesungguhnya. Tujuan pembelajaran ini berkaitan
dengan perkembangan kreativitas, dimana peserta didik dapat merancang percobaan
dengan menggunakan bandul dengan sekreatif mungkin.
2. Peserta
didik mampu membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang
longitudinal. (P1)
Alasan: Menggunakan kata
membedakan, karena peserta didik berada dalam tahap masa remaja yang memiliki
kemampuan mengkoordinasikan dari 2 ragam kemampuan kognitif. Tujuan pembelajaran
ini berkaitan dengan perkembangan kognitif, peserta didik mampu menggunakan akalnya untuk
membedakan jenis gelombang
3. Peserta
didik mampu mengerjakan soal perihal periode dan frekuensi suatu getaran
berdasarkan percobaan. (P3)
Alasan: Digunakan kata
mengerjakan, karena peserta didik berada dalam masa remaja, dimana terjadi
perkembangan kemandirian remaja dan tertantang secara intelektual oleh tugas
akademis seperti saat memecahkan soal-soal. Tujuan pembelajaran ini berkaitan
dengan perkembangan nilai, sikap dan moral serta
karakter yang lahir dari proses pembelajaran ini, dimana peserta
didik memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
secara tuntas dan jujur.
4. Peserta
didik mampu menunjukkan adanya hubungan antara cepat rambat gelombang,
frekuensi gelombang, dengan panjang gelombang dengan membuat kelompok diskusi.
(P1)
Tujuan pembelajaran ini
berkaitan dengan perkembangan konsep diri dan emosi para
siswa. Dimana siswa melakukan diskusi dengan kelompok kecil
dengan menyatakan pendapat masing-masing anak didik, dan dapat menahan emosi
dengan interaksi antara mereka apabila terdapat suatu pendapat yang belum bisa
diterima. Dengan menyatakan pendapat masing-masing, hal ini merupakan konsep
diri dimana peserta didik memiliki keberanian saat menyampaikan pendapatnya
masing-masing.
6. METODE
PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang
digunakan berupa:
· Percobaan
atau eksperimen
· Tanya
jawab
· Diskusi
kelompok
· Penugasan
7. EVALUASI
Dalam pelaksanaan
pembelajaran terhadap peserta didik menggunakan teori belajar kognitif,
terdapat kekurangan dan kelebihan saat pelaksaan pembelajaran. Baik ditinjau
dari strategi pembelajaran dari pendidik maupun hasil pencapaian oleh peserta
didik. Untuk melihat sejauh mana perkembangan dari strategi pembelajaran ini,
diperlukan adanya evaluasi, untuk melihat dimana letak keberhasilan maupun
kekurangan dari strategi pembelajaran tersebut.
Evaluasi terhadap
peserta didik dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara
terus menerus. Evaluasi terhadap pendidik mendorong untuk lebih meningkatkan
kualitas proses pembelajaran. Serta Evaluasi terhadap pihak sekolah. mendorong
sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.
Secara garis besar, evaluasi dibutuhkan untuk melihat sejauh mana keberhasilan
dari tujuan belajar dan pembelajaran tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Psikologi
Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung: Alfabeta.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
K. Reed, Stephen. 2011. Kognisi Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
M, Ardiman A. 2011. Interaksi &
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Makka, Muh. Abduh dan Widyaiswara. 2012. Aplikasi
Teori Kognitif dan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA SD.
Sulawesi: LPMP Sulawesi Selatan.
Solso, Robert L, dkk. 2007. Psikologi
Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.