Sabtu, 28 Juni 2014

Latihan Menulis RPP

PSIKOLOGI KOGNITIF
Disusun oleh:
Nama      : Maulina Nurhikmah
NIM    : 1113016300004
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1.      LATAR BELAKANG
Belajar merupakan proses  menciptakan nilai tambah kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa. Nilai tambah itu tercermin dari perubahan perilaku  siswa menuju  kedewasaan. Masing-masing substansi pelajaran menghasilkan perilaku yang berbeda, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. (Sudarwan, 2010)
Proses belajar dapat diterjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik disengaja ataupun tidak. Karena belajar dapat didapat dari segala aspek kehidupan. Psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemprosesan informasi. (Robert, 2007).
Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra dan diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Psikologi kognitif memiliki sejarah terpanjang dari seluruh lingkup bidang studi psikologi, diawali dari para filsuf yang menanyakan asal muasal pengetahuan dan bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran.

2.      TUJUAN PENULISAN
1.      Dapat menjelaskan pengertian psikologi kognitif. (C2)
2.      Dapat menemukan teori belajar yang ada pada psikologi kognitif. (C3)
3.      Dapat menyebutkan tokoh-tokoh psikologi kognitif. (C1)
4.      Dapat menghubungkan pembelajaran psikologi kognitif dengan pembelajaran lainnya. (C4)
5.     Dapat menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai pengaplikasian pada materi. (P7)

3.      TEORI PSIKOLOGI KOGNITIF
·         Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat dan belajar. Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih besar, cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk ilmu syaraf, filsafat, dan linguistik. Salah satu teori yang paling berpengaruh dari aliran pemikiran ini adalah tahap-tahap perkembangan kognitif, teori yang diusulkan oleh Jean Peaget. (Sudarwan, 2010)
Psikologi kognitif
sumber: http://suratanmakna.blogspot.com
Psikologi kognitif berfokus pada menggali “spesifikasi” dari otak manusia. Otak bisa menampung sebanyak apa pun item yang ingin dimasukkan ke dalam memori secara simultan, mempresentasikan pengetahuan dalam pikiran dan otak manusia, membentuk kategori konseptual dan lain lain. Ilmu kognitif dan psikologi kognitif, keduanya adalah pendatang yang relatif baru di dalam dunia ilmu pengetahuan. Psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh dan memproses informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah, berpikir dan menyusun bahasa. (Robert, 2007)
·         Tokoh dan Pokok Teori Belajar Psikologi Kognitif
Adapun tokoh dan pokok teori  yang berperan dalam  psikologi kognitif yaitu:
1.    Jean Piaget (1896-1980) , menurut Piaget, belajar mendasari pada pengamatan yang melibatkan seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa . Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasiakomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan) . Guru memfasilitasi proses terjadinya ketidakseimbangan (disequilibrium). 
Perkembangan kognitif anak berdasarkan usia
sumber: http://informasiserbaanak.blogspot.com
       Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget:
                1.      Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)
sumber: http://nndb.com
Anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan lihat pada saat itu. Secara spesifik, anak memperoleh kemampuan berpikir simbolik, yakni kemampuan mempresentasikan dan memikirkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas-entitas mental internal atau simbol.

2.  Tahap Praoperasional (2 hingga 6 atau 7 tahun)
Keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan kosakata meningkat. Pikirannya bersifat egosentris, pemikirannya didominasi oleh persepsi, intuisinya lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya. Belum memiliki kemampuan konservasi.

3.  Tahap Operasional Konkret (6/7 tahun hingga 11/12 tahun)
         Proses-proses berpikir menjadi lebih logis dari sebelumnya. Mulai memperlihatkan konservasi.
Pikiran bersifat umum dan menyeluruh, berpikir proporsional, muncul kemampuan membuat
hipotesis, dan perkembangan idealisme yang kuat.

4.  Tahap Operasional Formal (11 hingga 12/usia dewasa)
Memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret, mulai mengenali kesimpulan yang logis sekalipun berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari.

2.  Jerome Brunner (1915- ), dalam teorinya, “free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap, yaitu :
 Jerome Brunner
sumber: http://ilmu-pendidikanislam.blogspot.com
1. Tahap enaktif : dalam memahami dunia anak mengunakan  pengetahuan  motorik; sentuhan, pegangan dll.
2.  Tahap ikonik    : Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal.
3.  Tahap simbolik   : seseorang memahami dunia melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan lain lain.



3. Wolfgang Kohler (1887-1959) , Insight :pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan antar  bagian di dlm suatu situasi permasalahan., insight ini sering dihubungkan dgn pernyataan aha.
    4.  Teori belajar bermakna Ausubel, Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Langkah-langkah dalam menerapkan belajar bermakna .
sumber: http://jonerwin6.blogspot.com
      1.   Advance organizer
     Penyampaian awal tentang kerangka isi materi yang akan dipelajari siswa, contoh : hand out pelajaran
      2.   Progressive differensial
   Materi pelajaran disampaikan bertahap, di awali konsep umum kemudian dilanjutkan ke hal yang khusus.
      3.   Integrative reconciliation
     Penjelasan tentang kesamaan dan perbedaan antara kosep-kosep yang telah dimiliki dengan konsep yang baru dipelajari.
4.   Consolidation
Pemantapan materi dengan menghadirkan banyak contoh
·         Implikasi Teori Kognitif pada Pendidikan
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
1.   Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2.   Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3.    Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu –individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal.
           4.    Mengutamakan peran siswauntuk saling berinteraksi.
4.      ANALISIS TEORI
Berdasarkan teori yang penulis telah uraikan, penulis memiliki pendapat positif terhadap teori belajar berdasarkan aliran kognitif, karena psikologi kognitif memiliki kaitan dengan pengembangan psikologi yang lain. Aspek utama dari kognitif adalah akal (kecerdasan), dari kecerdasan inilah yang akan memicu anak didik untuk memberikan tindakannya dalam pemecahan masalah, penalaran, pembuatan keputusan, hal ini ada kaitannya dengan perkembangan psikomotorik, perkembangan psikomotorik sendiri memiliki keseimbangan dengan tahapan perkembangan kognitif seseorang. Dengan mengetahui perkembangan kognitif, teori belajar menurut Piaget, memudahkan pendidik untuk merumuskan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak didik sesuai dengan usia perkembangannya. Ilmu kognisi merupakan kajian mengenai inteligensi manusia,dengan inteligensi, manusia sendiri memiliki inteligensi yang beragam, hal ini disebut dengan multiple intelligence, sebagai contoh, dalam pembuatan makalah, unuk menuangkan idenya dalam sebuah makalah diperlukan kecerdasan dalam berbahasa. Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
Multiple intelligence
          sumber: http://rowntreemontessori.com

5.      AYAT YANG BERKENAAN DENGAN TEORI KOGNITIF
Berikut ini merupakan salah satu ayat yang berhubungan dengan teori kognitif:
Q.S. (29) Al ‘Ankabuut ayat 49
  بَلْ هُوَ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَايَجْحَدُ بِئَايَاتِنَآ إِلاَّ الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-rang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”.
Ahli-ahli psikologi kognitif dalam banyak penelitiannya, mempercayai bahwa kejiwaan dan tingkahlaku manusia banyak dipengaruhi oleh faktor kognitif yang merupakan pusat berfikir (akal), selanjutnya menjadi motor penggerak jiwa dan tingkahlaku manusia. Permasalahan hidup dikendalikan oleh otak manusia, maka kemudian muncullah berbagai teori tentang kognitif.
Di dalam al-Qur’an sendiri perkataan Aql tidak pernah disebut dalam kata benda, selalunya al-Qur’an menyebutnya dengan kata kerja. Seperti ‘afala ta’kiluun’, afala tatafakarunn’, afala tatadabbaruun’. Ini menunjukkan bahwa berfikir itu merupakan sebuah proses kerja dan pusatnya adalah di hati dan hati itu adanya di dalam dada. Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat 46:
 أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Maka pengertian yang bisa dipahami dari surat al-Ankabut ayat 49 dan surat al-Hajj ayat 46 adalah bahwa:
·    Pusat berfikir yang luarbisa letaknya ada di hati, maka untuk memahami al-Qur’an tidak bisa hanya menggunakan kognitif atau akal saja. Ia harus dipahami dan dihayati kemudian diamalkan.
·     Al-Quran hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu yang didalam dadanya dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, sementara orang yang mempelajari al-Quran tanpa keimanan dalam dada, maka ia hanya menjadi sebatas pengetahuan.
·       Makna dada pada kedua ayat tersubut sekaligus mempunyai dua pengertian, yaitu makna secara biologis atau fisik yaitu dada yang di dalamnya terdapat jantung  dan juga pengertian psikologis yang merupakan alam tempat bersemayamnya ruh dan hati nurani.
·       Makna hati juga mempunyai dua pengertian, secara biologis atau fisik adalah jantung, sedangkan secara psikologis adalah hati nurani yang dalam bahasa arab sering disebut dengan Qolb, atau Fu’ad.

Latihan Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
1.   IDENTITAS MATA PELAJARAN
a.       Mata Pelajaran               : Fisika
b.      Kelas                              : VIII (Delapan)
c.       Semester                        II(genap)
d.      Alokasi Waktu               2 x 1 JP
2.   KOMPETENSI INTI
KI  1 : Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya.
KI  2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI  3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
3.   KOMPETENSI DASAR
1.1  Menghubungkan konsep getaran dalam pembelajaran.
4.   INDIKATOR
·       Mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari.
·       Menganalisis jenis-jenis gelombang berdasarkan ada tidaknya medium/zat perantara dan arah gerakan..
·    Membuat percobaan sederhana untuk mengetahui simpangan dan amplitude pada gerakan sebuah bandul.
·       Menghubungkan periode dan frekuensi dalam suatu getaran.

5.   TUJUAN PEMBELAJARAN.
I.       Kognitif
1.   Peserta didik mampu mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari. (C1)
Alasan: karena menurut teori pieget di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal, peserta sudah dapat membayangkan dan mengidentifikasikan konsep getaran pada kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran ini berkaitan dengan aspek. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perkembangan kognitif, peserta didik menggunakan kemampuan akalnya untuk memahami dan perkembangan kreativitas dalam kreatif berpikir untuk memberikan contoh getaran pada kehidupan sehari-hari.
2.  Peserta didik mampu menyebutkan jenis-jenis gelombang berdasarkan ada tidaknya medium/zat perantara dan arah gerakan. (C2)
Alasan: karena menurut teori pieget di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal, perserta didik dapat memikirkan dan memisahkan variable. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perkembangan kognitifpeserta didik mampu menyelesaikan masalah menggunakan pemahamannya.
II.     Afektif
1.   Peserta didik ikut serta secara aktif dalam kelompok saat melakukan melakukan percobaan pada sebuah bandul. (A2)
Alasan: Peserta didik sedang berada pada masa anak sekolah. Secara aktif di sini berupa membuat pertanyaan, dan kerja sama yang baik dalam kelompok. Karena dalam fase ini anak dapat membuat kalimat majemuk, dapat menyusun, dan mengajukan pertanyaan. Dari sisi perkembangan sosial, anak telah memiliki kesanggupan menyesuaikan diri kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan cara mengatasi lupa dan jenuh dan pemberian motivasi, karena dengan melakukan pembelajaran menggunakan strategi praktikum akan membuat peserta didik berada dalam kondisi belajar yang berbeda, tidak merasa jenuh seperti proses belajar seperti biasa yang hanya terpaku dengan ruang terbatas dalam kelas dan membuat peserta didik lebih mengingat materi yang disampaikan melalui pembelajaran secara eksperimen ini. Untuk membuat peserta didik terpacu untuk semangat (motivasi), sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, pendidik memberi contoh melakukan percobaan agar peserta didik tertarik dalam melakukan percobaan. Karena motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat.
2.   Peserta didik melaksakan pembelajaran secara tertib, taat, dan aktif. (A3)
Alasan: Peserta didik sedang berada dalam fase anak sekolah, anak mengikuti setiap aturan yang ada dalam kelompok. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok. Tujuan ini berhubungan dengan perkembangan konsep diri dan emosi dan juga perkembangan nilai, sikap dan moral serta karakter karena peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah dibuat, menanamkan rasa bertanggung jawab, berkepribadian yang baik, tidak melanggar aturan.
III. Psikomotorik
1.  Peserta didik mampu membuat percobaan sederhana untuk mengetahui simpangan dan amplitude pada gerakan sebuah bandul. (P3)
Alasan: Peserta didik berada dalam tahap masa remaja, dimana anak-anak berimajinasi, berpikir mengkoordinasi pemikiran dan idenya, dari perkembangan psikomotorik ini dilakukan percobaan agar imajinasi peserta didik dalam membayangkan simpangan gerak bandul dengan keadaan sesungguhnya. Tujuan pembelajaran ini berkaitan dengan perkembangan kreativitas, dimana peserta didik dapat merancang percobaan dengan menggunakan bandul dengan sekreatif mungkin.
2.  Peserta didik mampu membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal. (P1)
Alasan: Menggunakan kata membedakan, karena peserta didik berada dalam tahap masa remaja yang memiliki kemampuan mengkoordinasikan dari 2 ragam kemampuan kognitif. Tujuan pembelajaran ini berkaitan dengan perkembangan kognitif, peserta didik mampu menggunakan akalnya untuk membedakan jenis gelombang
3.  Peserta didik mampu mengerjakan soal perihal periode dan frekuensi suatu getaran berdasarkan percobaan. (P3)
Alasan: Digunakan kata mengerjakan, karena peserta didik berada dalam masa remaja, dimana terjadi perkembangan kemandirian remaja dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademis seperti saat memecahkan soal-soal. Tujuan pembelajaran ini berkaitan dengan perkembangan nilai, sikap dan moral serta karakter yang lahir dari proses pembelajaran ini, dimana peserta didik memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan secara tuntas dan jujur.
4.  Peserta didik mampu menunjukkan adanya hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang, dengan panjang gelombang dengan membuat kelompok diskusi. (P1)
Tujuan pembelajaran ini berkaitan dengan perkembangan konsep diri dan emosi para siswa. Dimana siswa melakukan diskusi dengan kelompok kecil dengan menyatakan pendapat masing-masing anak didik, dan dapat menahan emosi dengan interaksi antara mereka apabila terdapat suatu pendapat yang belum bisa diterima. Dengan menyatakan pendapat masing-masing, hal ini merupakan konsep diri dimana peserta didik memiliki keberanian saat menyampaikan pendapatnya masing-masing.
6.      METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang digunakan berupa:
·         Percobaan atau eksperimen
·         Tanya jawab
·         Diskusi kelompok
·         Penugasan
7.      EVALUASI
Dalam pelaksanaan pembelajaran terhadap peserta didik menggunakan teori belajar kognitif, terdapat kekurangan dan kelebihan saat pelaksaan pembelajaran. Baik ditinjau dari strategi pembelajaran dari pendidik maupun hasil pencapaian oleh peserta didik. Untuk melihat sejauh mana perkembangan dari strategi pembelajaran ini, diperlukan adanya evaluasi, untuk melihat dimana letak keberhasilan maupun kekurangan dari strategi pembelajaran tersebut.
Evaluasi terhadap peserta didik dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus menerus. Evaluasi terhadap pendidik mendorong untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Serta Evaluasi terhadap pihak sekolah. mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Secara garis besar, evaluasi dibutuhkan untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari tujuan belajar dan pembelajaran tercapai.


DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru). Bandung: Alfabeta.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
K. Reed, Stephen. 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
M, Ardiman A. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Makka, Muh. Abduh dan Widyaiswara. 2012. Aplikasi Teori Kognitif dan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA SD. Sulawesi: LPMP Sulawesi Selatan.
Solso, Robert L, dkk. 2007. Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Minggu, 27 April 2014

Perkembangan Kognitif

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Kognitif yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Perkembangan kognitif secara spesifik difokuskan pada perubahan dalam cara berfikir, memecahkan masalah, memori, dan intelegensi. 
Peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peseserta didik dalam sekolah. Pemahaman  yang mendalam mengenai perkembangan kognitif anak mulai dari pengertian kognitif hingga cara membantu perkembangan kognitif.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kognitif?
2.      Apa saja tahap-tahap perkembangan kognitif?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi kognitif?
4.      Bagaimana perbedaan individual dalam perkembangan kognitif?
5.      Bagaimana cara membantu perkembangan kognitif dan implikasinya bagi pendidikan?
6.      Bagaimana membuat perumusan contoh Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dari perkembangan kognitif?
C.    Tujuan Penulisan
Dengan membaca postingan ini diharapkan pembaca dapat:
1.      Menguraikan arti dari kognitif
2.      Menguraikan tahap-tahap perkembangan kognitif
3.      Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kognitif
4.      Menjelaskan perbedaan individual dalam perkembangan kognitif
5.      Membuat Rancangan Pelaksaan Pembelajaran (RPP)

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau mengetahui, dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Kemampuan kognitif adalah kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology karyanya, kognisi adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, memperhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan menilai. Sedangkan menurut Mayes, kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan.
Sumber: informasiserbaanak.blogspot.com
Presentase Perkembangan Kognitif Berdasarkan Usia
Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Perkembangan kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi. Perkembangan intelegensi berlangsung sangat cepat samapi saat remaja. Setelah itu berangsur menurun kepesatannya.

B.     Tahap Perkembangan Kognitif
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget meliputi:
1.      Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)
Anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan lihat pada saat itu. Secara spesifik, anak memperoleh kemampuan berpikir simbolik, yakni kemampuan mempresentasikan dan memikirkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas-entitas mental internal atau symbol.
2.      Tahap Praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun)
Keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan kosakata meningkat. Pikirannya bersifat egosentris, pemikirannya didominasi oleh persepsi, intuisinya lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya. Belum memiliki kemampuan konservasi.
3.      Tahap Operasional Konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)
Proses-proses berpikir menjadi lebih logis dari sebelumnya. Mulai memperlihatkan konservasi. Pikiran bersifat umum dan menyeluruh, berpikir proporsional, muncul kemampuan membuat hipotesis, dan perkembangan idealisme yang kuat.
4.      Tahap Operasional Formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa)
Memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret, mulai mengenali kesimpulan yang logis sekalipun berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari.
C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Faktor yang mempengaruhi kognitif adalah sebagai berikut:
Faktor pembentukan
Dorongan orangtua mempengaruhi perkembangan kognitif anak
1.      Faktor pembawaan. Faktor ini dibawa sejak lahir, batas kesanggupan seseorang ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu kepintaran seseorang berbeda walaupun diberikan pelatihan dan pelajaran yang sama.
2.      Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
3.      Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan sengaja maupun yang tidak disengaja.
4.      Faktor kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Kematangan berhubungan erat dengan umur.
5.      Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih kebebasan dalam memilih metode dan bebas memilih masalah yang sesuai dengan kehidupannya.
Untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena semuanya berhubungan.
D.    Perbedaan Individual dalam Perkembangan Kognitif
Individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut tergantung pada lingkungan. Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajarmengajar di dalam kelas. Perbedaan individu dalam perkembangan kognisi menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar.
Perbedaan yang diacu oleh Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al imron ayat 36 yaitu: “dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak perempuan.”.
E.     Contoh Perumusan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dari Perkembangan Kognitif
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan      : MTs. Tansyitul Mutaalimiin
Mata pelajaran             : IPA
Kelas / Semester          : VIII / 2
Peminatan                   : Muhammad Rizki Supiana
Materi Pokok              : Getaran dan Gelombang
Pertemuan ke              : 3 dan 4
Alokasi Waktu            : 1 jam
Tujuan Pembelajaran   :
                                     I.            Kognitif

1.      Peserta didik mampu mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari.
Alasan: karena menurut teori pieget di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal, peserta sudah dapat membayangkan dan mengidentifikasikan konsep getaran pada kehidupan sehari-hari.
2.      Peserta didik mampu menyebutkan jenis-jenis gelombang berdasarkan ada tidaknya medium/zat perantara dan arah gerakan.
Alasan: karena menurut teori pieget di umur 14 tahun siswa sudah masuk ke dalam tahap oprasional formal, perserta didik dapat memikirkan dan memisahkan variable.

                                        II.            Afektif

1.      Peserta didik ikut serta secara aktif dalam kelompok saat melakukan melakukan percobaan pada sebuah bandul.
Alasan: Peserta didik sedang berada pada masa anak sekolah. Secara aktif di sini berupa membuat pertanyaan, dan kerja sama yang baik dalam kelompok. Karena dalam fase ini anak dapat membuat kalimat majemuk, dapat menyusun, dan mengajukan pertanyaan. Dari sisi perkembangan sosial, anak telah memiliki kesanggupan menyesuaikan diri kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
2.      Peserta didik melaksakan pembelajaran secara tertib, taat, dan aktif.
Alasan: Peserta didik sedang berada dalam fase anak sekolah, anak mengikuti setiap aturan yang ada dalam kelompok. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok.
                                     III.            Psikomotorik
1.      Peserta didik mampu membuat percobaan sederhana untuk mengetahui simpangan dan amplitude pada gerakan sebuah bandul.
Alasan: Peserta didik berada dalam tahap masa remaja, dimana anak-anak berimajinasi, berpikir mengkoordinasi pemikiran dan idenya, dari perkembangan psikomotorik ini dilakukan percobaan agar imajinasi peserta didik dalam membayangkan simpangan gerak bandul dengan keadaan sesungguhnya.
2.      Peserta didik mampu membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Alasan: Menggunakan kata membedakan, karena peserta didik berada dalam tahap masa remaja yang memiliki kemampuan mengkoordinasikan dari 2 ragam kemampuan kognitif.
3.      Peserta didik mampu mengerjakan soal perihal periode dan frekuensi suatu getaran.
Alasan: Digunakan kata mengerjakan, karena peserta didik berada dalam masa remaja, dimana terjadi perkembangan kemandirian remaja dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademis seperti saat memecahkan soal-soal.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Perkembangan kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi.
2.      Menurut Piaget tahap perkembangan kognitif ada empat, yaitu tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun), tahap praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun), tahap operasional konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa).
3.      Faktor perkembangan kognitif ada lima, yaitu, faktor pembawaan, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan, faktor kematangan, faktor kebebasan,
4.      Perbedaan individu dalam perkembangan kognisi menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar.


DAFTAR PUSTAKA
Syah Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sumber gambar: 
http://anneahera.com
http://informasiserbaanak.blogspot.com